Konsep Studio Rumah Bebas Banjir

Keterbatasan lahan bukan berarti terbatas pula dalam desain. Hunian ini mengakomodasi semua kebutuhan penghuninya, termasuk dalam penanggulangan terhadap banjir.Februari 2007 silam, Jakarta dilanda musibah banjir yang cukup besar. Salah satu wilayah yang terkena adalah kawasan Pulo Mas, dimana keluarga Syarief Raharjo tinggal. Rumah mereka pun terendam banjir hingga ketinggian 1,2 m.

Berawal dari situ, Syarief lantas membangun rumah baru di atas lahan kosong di samping rumah lamanya. Satu hal yang menjadi titik beratnya adalah, rumah harus bebas banjir. Tentunya, Syarief dan keluarga tak mau mengalami banjir untuk kedua kalinya.
Dibantu oleh arsitek Dicky Aryo Aditomo dari D+E Architect, pada awal desain disepakati untuk membuat rumah tumbuh. Sedikit yang membedakan dari rumah tumbuh lainnya adalah penerapan konsep studio layaknya sebuah apartemen, yang digabung dengan sentuhan resort. Dengan luas tanah 140m², Dicky pun leluasa mengolah ruang, termasuk menyediakan carport untuk kapasitas dua buah mobil.
Konsep studio apartemen yang menjadi inspirasi desain rumah ini, diwujudkan dalam tatanan ruang yang serba terbuka dalam satu kesatuan. Rumah dengan total luasan 67m² ini terdiri dari satu ruang tidur, ruang duduk, dapur, ruang kerja, kamar mandi dan area wardrobe yang posisinya saling menyatu. Sementara untuk ruang makan ditempatkan di sisi luar,bersisian dengan taman belakang. 
Taman mungil di area belakang berfungsi sebagai innercourt di rumah ini. Letaknya yang langsung terhubung dengan ruang tidur mengakomodasi kebutuhan akan sirkulasi udara dan cahaya. Adanya taman sekaligus menutupi kekurangan yang seringkali menjadi kendala dalam sebuah hunian apartemen, terhadap kebutuhan udara dan cahaya alami.
Penerapan konsep studio di rumah ini, membuat tatanan ruangan minim privasi. Selangkah melewati pintu masuk utama, langsung terlihat perangkat tempat tidur dilengkapi sofa berbentuk simple yang nyaman untuk menonton televisi. Ruangan seluas ±50 m² dibiarkan terbuka tanpa sekat, menyatu dengan dapur.  Semuanya didesain secara kompak dan serba efisien, termasuk ruang pendukung seperti kamar mandi, area wardrobe dan ruang kerja yang ditempatkan di sisi belakang tempat tidur.
Dan untuk mempertegas batas antara area privasi dan publik, digunakan beberapa tatanan yang memperlihatkan batas territory. Semisal lewat penempatan perangkat meja kursi di area teras yang juga berfungsi sebagai ruang tamu. Jarangnya tamu yang berkunjung membuat kapasitas area ini tercukupi. Di lain pihak jika dibutuhkan ruang yang lebih besar sebagai tempat berkumpul, bisa menggunakan halaman depan. Meski berukuran kecil, namun area yang juga diurug  dengan ketinggian yang sama ini cukup fungsional. Dilengkapi perangkat meja kursi taman berpayung dan beberapa tanaman, area ini menjadi tempat yang nyaman untuk bersantai di sore hari, laksana sebuah resort.
Hal lain yang patut disimak adalah pengolahan tampilan bangunan. Rumah dikemas dalam nuansa tropis, sesuai dengan iklim Indonesia. Penggunaan banyak jendela yang sekaligus sebagai aksen bangunan, dapat berfungsi secara optimal. Atap datar yang sekarang digunakan di rumah ini pun bukan tanpa alasan. Sebagai rumah “tumbuh”, atap datar ini dipersiapkan sebagai pengembangan pada masa yang akan datang.
Secara arsitektural, rumah ini menerapkan elemen-elemen yang sifatnya mengundang perhatian. Pengolahan fasad ditekankan pada area entrance secara menarik.
Penggunaan warna oranye pada sebagian dinding luarnya, tampil selaras dengan area  entrance berupa anak tangga dan teras yang ditutup koral sikat kombinasi hitam putih. Koral disusun membentuk gambar kucing, sebagai wujud kecintaan si nyonya rumah terhadap binatang kesayangannya itu. 
Melengkapi tatanan ini, ditempatkan sebuah dinding masif dilapis batu slab di area entrance. Selain sebagai aksen yang memberi karakter, dinding masif juga berfungsi menyamarkan keberadaan pintu masuk utama.
Sementara itu, dalam hal penanggulangan terhadap banjir yang sewaktu-waktu bisa menerjang, Dicky menerapkan beberapa strategi jitu. Tanah diurug dan dipadatkan setinggi 2m, dengan kekuatan pondasi sedalam 80cm pada lahan dasarnya.  Tak hanya lantai rumah yang dipersiapkan bebas banjir, saluran drainase dan septictank-nya pun berada pada ketinggian 1.5m dari atas permukaan jalan.
Melalui desain rumah barunya, Syarief dan keluarga pun tak perlu khawatir lagi akan bahaya banjir yang menghadang. Aktifitas dan istirahat di rumah menjadi tenang dan menyenangkan.

 TIPS RUMAH ANTI BANJIR
-    Meninggikan ketinggian lantai rumah, dengan memperhatikan ketinggian plafon. Jika tinggi plafon di rumah 3 m, maka batas   maksimum peninggian lantai adalah 50cm, sehingga diperoleh tinggi plafon 2.5 m.
Jika melakukan renovasi total, berikut hal-hal yang bisa dilakukan :
-    Urug tanah minimal 50 cm di atas jalan. Tempatkan halaman dan carport di atas jalan, sehingga barang-barang berharga dapat terhindar saat banjir menerjang.
-    Rencanakan posisi rumah induk, lebih tinggi dari batas maksimal banjir yang pernah terjadi. Bisa dilakukan dengan cara mengurug tanah, bisa juga dengan menempatkan rumah induk di lantai atas.
Mengurug tanah bisa dilakukan dengan menggunakan puing-puing bangunan atau tanah padat, dengan terlebih dahulu menempatkan pondasi sebagai perkuatannya.
Untuk rumah induk yang terletak di lantai atas, bisa memanfaatkan ruang-ruang dibawahnya menjadi ruang lain, seperti gudang, ruang servis, ruang olah raga dan sebagainya.
-    Menempatkan saluran drainase, septictank, instalasi mekanikal dan elektrikal dengan ketinggian di atas permukaan tanah dalam posisi “aman” dari banjir.
Jika perlu, sediakan genset untuk mengantisipasi pemadaman listrik saat banjir hebat menerjang. Pemadaman listrik saat banjir, seringkali tidak bisa diprediksi jangka waktunya.