Rumah Gerbong Kecil, Panjang dan Nyaman
- Kategori Induk: ARSITEKTUR & DESIGN
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Selasa, 14 April 2009 19:12
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 9128
- 14 Apr
Rumah terdiri dari ruang tamu, dua kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Sebuah desain standar dari perumahan pada umumnya, yang pas untuk keluarga muda. Tampilan rumah pun sederhana namun fungsional, dengan atap pelana dan genteng beton.
Secara bertahap, Ario yang berprofesi sebagai seorang arsitek melakukan renovasi pada rumahnya. Lebar kavling yang hanya 6m, memaksanya untuk menambah luas bangunan ke arah atas. Dengan tetap mempertahankan struktur asli bangunan lama, Ario menambahkan bangunan baru yang terdiri dari dua lantai. Masing-masing berfungsi sebagai dapur dan ruang makan, serta kamar tidur pada lantai atas. Desain ini memungkinkan terjadinya lubang (void) yang memisahkan antara bangunan lama dan bangunan baru. Lubang ini selain memudahkan sistem konstruksi juga menjadi ruang terbuka (innercourt) yang memungkinkan udara dan cahaya matahari secara leluasa masuk ke dalam ruangan. Lantai innercourt ditutup material dek kayu kamper, dinding semen kamprot dan dihiasi sebuah pohon kamboja. Sebuah tatanan yang memberi kesan alami dan eksotik.
Hal ini merupakan aplikasi kaidah dasar rumah tropis, dan Ario menyebutnya sebagai konsep in dan out. Dimana saat masuk ke dalam rumah, seolah-olah yang terasa adalah ia keluar lagi; padahal masih berada dalam rumah. Innercourt di sini difungsikan sebagai ruang aktif dan pusat orientasi, dimana posisinya sangat strategis.
Tatanan interior ruang makan yang ditempatkan bersisian dengan innercourt pun difungsikan secara maksimal. Furnitur pengisinya cukup sederhana. Hanya meja kayu solid berbahan jati dilengkapi sebuah bangku panjang, sehingga memberi kesan santai dan non formal. Selain itu, ruangan juga didesain secara kompak dan multifungsi. Salah satu diantaranya adalah adanya cerukan yang berfungsi sebagai tempat yang berfungsi sebagai tempat menyimpan lemari es, yang idenya bermula dari lemari built-in. Di sebelahnya terdapat bangku beton, yang di bagian dalamnya difungsikan sebagai peti untuk penyimpanan mainan. Praktis. Bagi Ario, yang menyukai kerapian, upaya ini sebagai langkah agar ruangan senantiasa terlihat rapi.
Seiring berjalannya waktu, tahun 2006, Ario dan Totty mendapatkan berkah dan rezeki, untuk membeli kavling tepat dibelakang rumahnya. Kedua rumah kemudian digabung, hingga menghasilkan rumah yang “panjang”.
Rumah belakang adalah tipe maisonet. Kondisi ini memberi inspirasi untuk meneruskan ide rumah lama ke dalam rumah ini. Konsep innercourt kembali dihadirkan, namun sifatnya sebagai ruang terbuka pasif. Kali ini, digunakan batu koral putih, dengan pohon bonsai stek ating putri di tengahnya.
Hasilnya, ruang makan diapit oleh dua innercourt. Aliran udara dan cahaya matahari pun makin leluasa masuk ke dalam rumah. Demikian pula dengan curahan air hujan, dapat dinikmati di area ini. Tak heran, karena innercourt memang sengaja dibiarkan terbuka tanpa penutup sama sekali, termasuk kala hujan menyapa.
Kondisi ini mengingatkan pada konsep resor yang banyak mengeskpos daya tarik perubahan cuaca, hujan dan panas. Dan Ario membuktikan, pendekatan tersebut bukan hanya milik hotel-hotel di Bali atau villa di kawasan Puncak. Di rumahnya yang mungil pun, suasana seperti itu bisa dihadirkan.
Ruang-ruang di rumah belakang, pada dasarnya tidak memiliki keunikan tertentu. Ario hanya melakukan sedikit perombakan pada ruang-ruangnya. Semisal dapur yang tadinya berupa ruang tertutup, oleh Ario temboknya dibuka hingga terkesan lebih luas. Beberapa ruang yang memiliki kesamaan fungsi, salah satunya harus dialih fungsikan. Contohnya dapur. Melalui beberapa pertimbangan, dapur di rumah “baru” lebih difungsikan, sementara dapur di rumah “lama” dijadikan area kerja. Tampilan meja dapur diubah dengan melapisinya dengan HPL motif serat kayu. Sebuah langkah cerdas sebagai upaya alih fungsi. Sementara itu, beberapa ruang lain di rumah belakang saat ini belum dilakukan perubahan secara signifikan. Ruang-ruang tersebut pun cenderung tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk kedepannya, Ario berencana melakukan perubahan sesuai dengan kebutuhan masa yang akan datang.
Secara keseluruhan, konsep ruang dari gabungan dua rumah ini adalah berusaha membuat setiap ruang publik menjadi ruang yang transparan. Sehingga ukuran lebar ruangan yang relatif lebih sempit mempunyai kesan yang luas, dan “terbaca” oleh mata. Tak ada lagi ruangan sempit. Yang ada adalah hunian yang lapang, nyaman dan “panjang”. Tak heran, pemiliknya menyebut rumahnya sebagai “Rumah Gerbong”.