KLASIK-JAWA
- Kategori Induk: ARSITEKTUR & DESIGN
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Senin, 31 Agustus 2009 18:01
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 4779
- 31 Agu
Kental dengan budaya Jawa, membuat pemilik rumah menata interior rumahnya dengan gaya eklektik yang memadukan nuansa Jawa dan Eropa Klasik. Karenanya meski bangunan luar dikemas dalam arsitektur bergaya klasik namun interior ruangan didominasi gaya Jawa. Jika dirunut ke belakang, sesungguhnya budaya Jawa banyak dipengaruhi oleh gaya Eropa. Oleh karena itu memadukan dua gaya ini dalam sebuah tatanan ruangan dapat dikatakan merupakan suatu langkah yang pas.Berbagai koleksi barang antik yang memiliki nilai historis terlihat begitu mendominasi ruangan. Sebut saja lampu gantung bohemian, lampu baccarat, dan lampu duduk yang terbuat dari besi cor hitam dengan bentuk bidadari. Ada pula cermin antik yang terbuat dari gips dengan finishing prada, cermin venetian yang merupakan khas interior rumah di Jawa, khususnya di Solo, hingga furnitur kayu solid berukir seperti model van de rough dan kursi madura. Uniknya, kebanyakan koleksi yang dimiliki merupakan limited edition, hingga menambah nilai historis.
Melintasi pintu gerbang dan menaiki tangga di area penerima, sepasang pilar bulat yang tegak berdiri menandai penampilan terasnya.Ya. hunian yang terdiri dari dua lantai dan satu basement ini secara arsitektural dikemas dalam gaya klasik yang nampak jelas dari kolom, ukiran dan detil-detil yang ditampilkannya.
Sakundria Satya MW, sang desainer interior yang kebetulan juga putra dari pemilik rumah menyambut ramah dari teras hunian. Selangkah kemudian, terdapat foyer yang berukuran relatif kecil namun ditata penuh sentuhan seni dengan nuansa kuning keemasan.Credenza, cermin dan hamparan permadani mungil mengisi area ini. Di dalam credenza terdapat koleksi barang pecah belah yang memiliki nilai historis. Sementara di atasnya dipajang vas kristal, piring, lampu meja dan beberapa pigura kecil. Hamparan permadani di depan credenza diisi hiasan berupa patung loro blonyo dan beberapa bokor kuningan. Tatanan ini sekilas terlihat “penuh”, namun kepiawaian dalam menata, membuatnya tetap memiliki nilai estetika tinggi.
Dari foyer kami melangkah ke ruang tamu. Suasana ruangan terasa begitu hangat. Sofa besar yang nyaman dan empuk dengan desain klasik disandingkan dengan empat kursi warna putih bergaya Louis XVI. Selain itu perpaduan warna juga terlihat dari pemakaian gordyn dengan material silk yang memiliki tekstur pelangi. Desain kursi ini pun menambah kesan klasik yang kental. Di sudut kanan kiri sofa ditempatkan meja sudut yang dihiasi lampu meja dan aneka pajangan seperti kristal, vas dan pigura foto.
Koleksi barang antic terlihat begitu dominan di rumah ini.Di ruang tamu terdapat dua buah lemari kayu berdesain antik yang berfungsi untuk menyimpan koleksi kain batik tulis siap jual. Ya, ibu Endang yang memiliki usaha dibidang batik tulis dengan label Wardhana, acapkali menerima tamu yang bermaksud membeli koleksi batiknya. Tak heran, jika diamati, banyak terdapat ruang duduk di rumah ini. Fungsinya jelas, untuk menampung para tamu jika suatu saat datang secara bersamaan.Di ruang ini pula terdapat rono, yaitu pintu penghubung yang terbuat dari material kayu solid penuh ukiran dengan teknik 3 dimensi (dari depan dan belakang akan terlihat sama) serta finishing natural. Pintu yang digunakan sebagai pembatas antara ruang tamu dan ruang dalam berikutnya memperkuat karakter Jawa yang ditampilkan. Ruang berikutnya adalah ruang duduk dan ruang keluarga. Ruang duduk diisi bench dilengkapi dengan puff. Ada yang menarik di ruang ini, yaitu hiasan petangaring yang terpasang di dinding. Petangaring berukiran naga dengan finishing emas prada menambah suasana Jawa yang kental. Untuk mengisi kekosongan dinding, di bagian tengahnya Andri, sapaan akrab Sakundria Satya MW, menambahkan cermin gips oval dengan warna yang sama dengan petangaringnya dengan frame keemasan.
Di area ini juga terdapat lemari antic untuk menyimpan sebagian koleksi batik lainnya. Untuk menjamu para tamu, disediakan meja dengan ketinggian rendah. Di meja inilah biasanya para tamu duduk lesehan sambil memilih kain-kain batik. Selanjutnya di ruang keluarga, ditata dengan furnitur fungsional. Lemari pajang sekaligus tempat meletakkan televisi, melengkapi seperangkat sofa dengan ukuran cukup besar nan empuk. Ruang keluarga berbatasan dengan ruang makan yang terhubung langsung ke arah taman belakang. Bersantap di ruang makan serasa berada di ruang luar dengan semilir angin dan hijaunya dedaunan.
Secara keseluruhan, tatanan interior rumah ini memperlihatkan suasana yang nyaman dan terasa homey bagi pemiliknya. Menghadirkan nilai historik dalam tatanan interior akan senantiasa memberi kenangan indah masa silam yang tak terlupakan.