Green Property Menawarkan Sejuta Manfaat

   Visi green property, sesungguhnya memiliki benang merah dengan ketersediaan lahan yang kian terbatas bagi residensial, yakni penggunaan lahan harus secara bijak, tidak lagi jor joran untuk area komersial. Dengan demikian, diharapkan masalah ketersediaan hunian yang layak dan sehat bagi masyarakat dapat segera terpenuhi.

    Di sisi lain, penggunaan sistim bangunan, peralatan mekanikal elektrikal, material yang mampu menghemat energi dan sumber daya, serta menciptakan bangunan dan lingkungan yang lebih sehat, terbukti dapat meningkatkan produktivitas kerja. Imbasnya, tentu saja perekonomian akan semakin maju dan kian banyak konsumen yang dapat membeli properti. Banyak lagi manfaat konsep properti hijau.

   Berkurangnya emisi CO2, tentu akan membuat penghuni sebuah kawasan jadi lebih sehat dan nyaman. Sedangkan penghematan energi dan air bersih, akan menjamin ketersediaan keduanya untuk jangka panjang. Lingkungan yang senantiasa terjaga bersih dan asri, dengan sendirinya akan meningkatkan nilai jual properti sebuah kawasan secara simultan dari waktu ke waktu. Tentu saja tak mudah untuk membuat sebuah properti yang layak menyandang predikat green building, karena banyak aspek yang harus di penuhi seperti misalnya penggunaan material-material bersertifikasi Green – yang dapat secara dinamis memberikan dampak positif terhadap penghematan listrik, penghematan air, meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni, dan efisiensi manajemen perawatan bangunan.“ Misalnya dalam membangun sebuah dinding.

   Dinding tersebutbaru dapat dikatakan Green apabila bahan dinding utama ( misalnya berupa batako, kayu, gypsum ) menggunakan insulasi panas yang Green, menggunakan cat atau coating yang Green, hingga menggunakan panel akustik dan hiasan dinding yang Green. Apabila hal tersebut diterapkan di seluruh bangunan, ditambah analisis penggunaan listrik dan air bersih, analisis desain pasif, hingga survey kenyamanan penghuninya, barulah bangunan tersebut layak mendapat pengakuan sebagai sebuah Green Building “, papar Naning Adiwoso – Principal dari INIAS Resource Center, sebuah lembaga nirlaba yang berdiri sejak 2001 guna mengelola data dan informasi seputar bidang interior dan arsitektural di Indonesia.

Spirit Go Green

   Harus di akui, biaya membangun dan mewujudkan proyek berkategori green, tidaklah murah. Imbasnya, pengembang merasa khawatir produknya tak terserap pasar. Meski demikian, spirit kearah itu tetap ada. Setidaknya, sebagian pengembang telah berusaha mengaplikasikan sebagian konsep green building pada properti yang dihadirkan, meski mungkin baru sebatas penataan sistem ventilasi silang guna mereduksi penggunaan pendingin ruangan, tata kelola air, dan penghijauan lingkungan.

   “ Sebagai bagian dari upaya turut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan namun dengan reasonable cost agar tak berdampak terlalu mahal pada harga properti yang ditawarkan, pengembang menggunakan material yang ramah lingkungan pada bangunan. Misalnya penggunaan panel dinding yang tidak menyisakan banyak sampah setelah terpasang, kaca yang memiliki teknologi guna mengurangi panas sinar mentari yang masuk ke dalam ruangan, serta mengurangi pemakaian bahan kayu dan menggantinya dengan bahan berbeda - seperti misalnya penggunaan engineering door sebagai pintu dan frame aluminium pada jendela “, ungkap Juan Panca Wijaya – Wakil Ketua bidang Pengembangan Kawasan DPD REI DKI Jakarta, saat di temui di kantornya yakni Marketing Gallery apartemen Sky Terrace, Daan Mogot Baru.Masyarakat pun mulai menyadari pentingnya penggunaan bahan bangunan berkategori green bagi kesehatan keluarga maupun kelestarian lingkungan hidup.

   Seiring bertambahnya informasi tentang spesifikasi dan manfaat material semacam ini, masyarakat mulai coba mengaplikasikan pada residensial mereka. Misalnya dengan menggunakan homogenous tile sebagai pelapis lantai, memasang lampu hemat energi, mengecat dinding dengan cat yang bebas merkuri, serta memakai AC non Freon yang eco-friendly.