MENCERMATI PROSPEK PERTUMBUHAN PROPERTI INDONESIA
- Kategori Induk: PROPERTY & REFERENSI BISNIS
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Rabu, 18 Maret 2015 18:22
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 1855
- 18 Mar
Singapura pertumbuhannya kecil sekali, tapi anehnya pembeli kondominium di sana ranking tiga dari Indonesia. Gengsi kita gede, berobat saja maunya ke rumah sakit Singapura. Selain gengsi, juga latah. Saat booming apartemen, semua ikutan beli apartemen,” ujar Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch ( IPW ). Terkait dengan pertumbuhan properti, menurut Ali, tahun 2009 merupakan puncak percepatan sektor properti dengan suku bunga dan inflasi nasional yang rendah. Tren pertumbuhan ini terus berlanjut hingga tahun 2012 dan sesuai siklusnya, setelah tahun ini pertumbuhan properti mulai melambat. Adapun sektor properti mengalami perlambatan di sepanjang tahun 2014 ini karena banyak faktor seperti pelemahan ekonomi global, kenaikan suku bunga Bank Indonesia ( BI rate ), pelemahan kurs rupiah, kenaikan BBM, dan sebagainya. Memasuki tahun 2015, sektor properti disebut belum akan mengalami kenaikan seperti tahuntahun sebelumnya.
Diperkirakan, dampak dari BI rate akan mulai terasa di semester kedua tahun 2015. Dengan begitu, memasuki tahun 2016 mestinya sektor properti bisa lebih baik karena situasi market recovery yang sudah terjadi selama periode 2014-2015. Untuk itu, para pengembang harus lebih jeli melihat situasi pasar sebelum meluncurkan produk.
“Tahun 2015 akan menjadi tahun konsolidasi bagi properti setelah sektor ini berlari kencang selama tiga tahun terakhir. Semoga pemerintah bisa memberikan stimulus ekonomi supaya dapat mendorong pertumbuhan sektor ini. Para pengembang pun harus lebih mematangkan rencana bisnis maupun ekspansi proyek yang akan dikerjakan. Meluncurkan proyek yang sesuai dengan permintaan pasar, bukan karena latah semata,” tandas Ali.