SANTIAGO DE CUBA Nuansa Karibia dalam akulturasi budaya Spanyol
- Kategori Induk: LIFESTYLE & LEISURE
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Jumat, 20 Maret 2009 22:03
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 3638
- 20 Mar
Jika Anda sudah menonton film Original Sin - dibintangi oleh Angelina Jolie dan Antonio Banderas- yang beberapa tahun lalu telah diputar di bioskop terkemuka
di Indonesia, maka Anda sudah melihat sebagian kecil dari keindahan Santiago de Cuba, tempat di mana sebagian pengambilan gambar film tersebut dilakukan.
Meski saya juga berasal dari daerah tropis dengan suhu rata-rata 35 Celcius, tubuh saya tetap mandi keringat saat antri di tempat pengambilan bagasi yang penuh sesak. Hembusan penyejuk udara di dalam bandara seakan tak mampu menandingi udara panas khas Karibia di luar sana.
Sebuah mobil kuno berwarna merah dengan beberapa bagian terbuat dari stainless steel buatan Amerika tahun 50-an -kalau saya perhatikan, bentuknya identik dengan mobil Chevrolet- yang digunakan sebagai taxi, membawa saya keluar dari bandara menuju Casa Granda Hotel di daerah Parque Céspedes, pusat kota Santiago.
Nama Santiago sebelumnya sempat membingungkan saya. Seperti mungkin anggapan kebanyakan masyarakat awam, Santiago identik dengan ibukota negara Chili yang terletak di Amerika Selatan. Begitupun saat saya membaca brosur promosi wisata tentang Santiago di hotel tempat saya menginap di Havana. Di brosur itu tertulis paket wisata ke Santiago 2 malam 3 hari termasuk fasilitas hotel dan transportasi udara dengan harga 385 Peso (1 USD = 1 Peso Kuba). Saya langsung membayangkan paket wisata ke Chili yang nun jauh di belahan bumi selatan sana. Murah sekali, pikir saya waktu itu. Dan pada saat saya mendaftar untuk ikut dalam paket wisata tersebut, barulah saya tahu bahwa yang dimaksud dengan Santiago di brosur tersebut adalah Santiago de Cuba. Memang saya agak kecele waktu mengetahui hal yang sebenarnya, tapi hal itu tak mengurungkan niat saya untuk tetap pergi ke Santiago, meski bukan ke kota Santiago yang ada di Chili.
Pada saat check-in di hotel Casa Granda, saya mendapat sebuah voucher welcome drink. Berhubung udara yang sangat panas dan lembab, saya langsung menukarkan voucher tersebut dengan segelas mojito sambil beristirahat sejenak di teras depan hotel.
Seorang pelayan datang menghampiri saya menawarkan sebatang cerutu berukuran sedang yang ditaruh dalam sebuah kotak kayu persegi empat bertuliskan Lancero de Cohiba. Sebenarnya saya bukan seorang perokok cerutu, namun begitu saya tahu bahwa cerutu itu adalah complimentary dari pihak hotel, apalagi cerutunya made-in Cuba asli, saya menerima tawaran itu begitu saja. Prinsip saya, semua yang gratis tak patut disia-siakan.
Dari tempat saya berada, terlihat bangunan Katedral Nuestra Senora de la Asunción di sebelah kiri. Di bagian atas gereja yang berdinding putih dan kuning muda bergaya kolonial tersebut, terdapat patung bidadari dengan pakaian a la dewi Yunani berdiri dengan membawa sebuah terompet. Tepat di seberang gereja tersebut, terdapat sebuah taman bergaya Spanyol klasik yang sering digunakan sebagai ajang rendez-vous baik para kawula muda lokal maupun turis asing. Tak heran apabila suasana di sekitar gereja dan taman tersebut penuh sesak oleh lautan manusia, apalagi jika ada acara khusus semacam parade santiaguero.
Dari tempat itu pula, saya melihat aneka warna mobil tua buatan Amerika lalu lalang secara bergantian di jalanan yang penuh sesak tersebut. Namun demikian, hal itu tak menghilangkan kesan damai dan hangat yang terpancar dari kebanyakan wajah para penduduk lokal Santiago, kota kedua terbesar di Kuba yang juga terkenal dengan julukan 'Cradle of the Revolution' ini.
Tak jauh dari Casa Granda, terdapat Casa de Velázquez yang merupakan bangunan pertama bergaya Spanyol yang didirikan di Santiago pada masa-masa awal pendudukan Spanyol yang merupakan bangunan bergaya Spanyol tertua di Kuba, dan konon juga di seluruh Amerika Latin. Di sisi lainnya, terdapat gedung balai kota yang megah bergaya neo-classical façade melengkapi keindahan pemandangan daerah tersebut.
Plaza de Dolores yang terletak tak jauh dari gedung balai kota merupakan daerah yang dipadati aneka ragam restoran internasional yang didirikan secara berdampingan. Saat makan malam di daerah tersebut, saya sempat terkagum-kagum dengan beragam display bahan makanan yang dipajang secara profokatif tepat di depan masing-masing restoran yang pasti bakal menggugah selera bagi siapa saja yang lewat di daerah itu.
Tak jauh dari Plaza de Dolores, dapat ditemukan bangunan tua bergaya khas klasik Spanyol, Museo Emilio Bacardi. Di balik pintu gerbangnya yang terkesan kokoh dan misterius, terdapat ruangan luas yang diperuntukkan bagi aneka peninggalan kuno khas budaya aborigin, sejarah pendudukan Spanyol maupun sejarah tentang perjuangan kemerdekaan masyarakat Kuba. Yang mengherankan juga adalah, saya sempat melihat sebuah mummy dari Mesir yang juga berada dalam deretan pajangan benda peninggalan bersejarah di museum itu.
Di daerah pusat kota lainnya, yang dikenal sebagai distrik Sueno, yang secara harafiah berarti 'tanah impian' terdapat sebuah bangunan dengan gaya artisektur yang 'aneh' namun menarik. Bangunan Santiago Hotel, yang dipermak sedemikian rupa oleh para siswa dari Santiago's Futurist School berhiaskan berbagai bentuk benda terbuat dari baja plus pilar-pilar bulat menjulang terbuat dari lapisan besi - stainless steel mengkilat yang dicat warna-warni. Sungguh kontras bila dibandingkan dengan bangunan-bangunan lain yang ada di sekitarnya yang kebanyakan lebih bernuansa klasik - Eropa.
Di daerah ini pula saya menemukan Plaza de la Revolución, sebuah monumen yang khusus didirikan untuk mengenang jasa Antonio Maceo, pahlawan era zaman kemerdekaan yang tewas di medan perang melawan penjajah Spanyol pada 1895. Patung Maceo yang menunggang kuda dengan setengah berdiri tampak dikelilingi oleh tonggak-tonggak berbentuk persegi panjang yang dibangun menjulang ke atas, melambangkan jiwa perlawanan rakyat Kuba masa itu. Nama Antonio Maceo sebagai pahlawan Kuba memang tidaklah sepopuler nama Ernesto Guevara, pahlawan Kuba semasa revolusi yang lebih dikenal dengan sebutan Che. Namun demikian, bagi masyarakat Santiago khususnya, Antonio Maceo adalah figur yang sangat dihormati. Tak salah apabila nama tokoh yang satu ini juga diabadikan sebagai nama airport di Santiago.
El Cobre, Lourdes-nya Kuba
Kurang lebih 20 kilometer arah barat laut Santiago, terletak sebuah kota kecil yang dikenal dengan sebutan El Cobre, sebuah tempat yang pada zaman dahulu kaya akan hasil tambang peraknya. Nama El Cobre sendiri diambil dari kata copper (= perak) yang dalam bahasa latin disebut dengan cobre. Di masa kini, daya tarik kota kecil tersebut memang sudah bukan lagi terletak pada kekayaan deposit tambang peraknya, karena sudah sejak dahulu kala, para penjajah Spanyol telah menyedot habis kekayaan alam daerah itu. Banyak orang berdatangan ke El Cobre saat ini semata-mata untuk berkunjung ke Basílica de la Virgen de la Caridad del Cobre.
Di dalam gedung gereja itu terdapat patung Virgen de la Caridad yang menggendong bayi Yesus pada tangan kirinya dan memegang lambang salib di tangan lainnya. Pada sekitar abad ke-17, patung Virgen de la Caridad, yang juga merupakan perwujudan dari The Virgin Mary, ibunda Yesus, ditemukan hanyut dibawa arus aliran sungai di daerah Bahía de Nipe, sebelah tenggara provinsi Holguín, menuju ke arah El Cobre. Sejak itu, El Cobre menjadi begitu terkenal sebagai kota kecil yang sarat nuansa spiritual layaknya kota Lourdes yang berada di Prancis.
Gedung gereja dengan tiga menara berbentuk silinder beratap warna merah yang dibangun terpencil di daerah perbukitan pada tahun 1927 ini selalu dipadati oleh pengunjung yang kebanyakan menderita penyakit tertentu dan berharap mendapatkan kesembuhan. Di sepanjang perjalanan menuju gereja tersebut, banyak penduduk setempat menjajakan aneka kebutuhan yang biasa dipakai untuk 'upacara' di gereja seperti batangan lilin aneka ukuran, aneka macam bunga -mulai dari bunga mawar, bunga lili sampai bunga matahari-, patung-patung kayu replika Virgen de la Caridad, beragam suvenir seperti liontin salib, rosario dan sebagainya.
Yang menarik di sini adalah, bahwa setiap pengunjung yang mengharapkan kesembuhan atas penyakitnya 'diharuskan' memberikan salah satu barang miliknya sebagai persembahan.
Virgen de la Caridad, yang dalam istilah santeria dikenal dengan sebutan Ochún, dipuja oleh penganut agama Kristen setempat yang berakulturasi dengan budaya santeria, sebuah aliran keagamaan yang lebih cenderung berunsur pada kepercayaan voodoo.