Mengadu asa dan gelora
- Kategori Induk: TIPS & ACCESSORIES
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Rabu, 08 April 2009 23:48
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 2770
- 08 Apr
Realistis jika cipta keramik berlukis karya F. Widayanto adalah seni rupa bermedium lama dengan gelora spirit baru. Hasil karyanya menjanjikan ciptaan yang membumi. Keramikus yang masuk ke wilayah seni lukis. Itulah sosok F Widayanto lewat hasil-hasil karya kreatifnya. Ia selalu melakukan teknik pengolahan lukis keramik yang mengacu kepada seni primitif. Namun, kesadaran atas primitifisme menurutnya acapkali bergerak seperti siklus. Yang tua akan menjadi baru, jika dikerjakan dengan spirit baru. Selebihnya sejarah selalu mengesahkan seorang perupa melukis dengan medium apa saja.
Memang, sesungguhnya lukisan keramik Widayanto ini bukan sesuatu yang baru. Namun itu sama sekali bukan persoalan. “Karena nilai sebuah karya seni yang bermutu tidak ditentukan oleh kebaruan-kebaruan semata.
Memang diyakini esensi pembacaan karya seni tidak pada ihwal baru, atau lama, melainkan pada persoalan bermutu atau tidak bermutu. Tapi terlepas dari itu, kita tak bisa menolak kenyataan bahwa cipta keramik berlukis karyanya adalah seni rupa bermedium lama yang mampu mengadu asa dan gelora.
Lihat saja hasil karya gores sang perupa kawakan ini. Diatas lempeng keramik jengkalan tangannya menorehkan sosok gambar perempuan. Seorang gadis berwajah teduh dicitrakan berdiri di sisi sehamparan taman. Di lempeng keramik lain ia menjumput bagian paling sensual dari wajah wanita, setangkup bibir yang berani dan gemerlap, dan seterusnya.
Tapi, benarkah ia sedang menggambarkan figur-figur itu lengkap dengan sosoknya?. Tidak. Karena dalam karyanya ia ternyata memperkenalkan para wanita itu hanya dalam bentuk potret belaka. Bahwa kemudian muncul imajinasi atas posture, gesture, situasi dan kejadian seperti yang terdeskripsi, itu hanyalah bukti dari potensi Widayanto dalam mengolah abstraksi tubuh.