Properti Kawasan RAWAN BANJIR
- Kategori Induk: ARSITEKTUR & DESIGN
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Sabtu, 18 Mei 2013 17:55
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 2412
- 18 Mei
Musim banjir kerap kali datang pada awal-awal tahun seperti ini. Bagaimana siasat memilih properti yang berada di kawasan rawan banjir di Jakarta?. Betulkah kawasan yang masuk dalam peta rawan banjir itu mengalami masalah harga?
Musim banjir kerap kali menjadi momok yang menakutkan bagi penghuni yang tinggal di daerah kawasan rawan banjir di Jakarta. Namun begitu, tetap saja kawasan-kawasan rawan banjir tersebut tetap menjadi pilihan karena mendesaknya kebutuhan terhadap lahan. Hendra Hartono, CEO dari Leads Property mengatakan meski suatu kawasan masuk dalam peta rawan banjir, itu tak menjamin kawasan tersebut tak mengalami kenaikan harga. Ia mencontohkan beberapa lokasi kawasan elit di Jakarta seperti di Jakarta Barat dan Jakarta Utara masih tetap menjadi daya tarik bagi konsumen walaupun masuk dalam peta rawan banjir.
“Faktor kenyamanan, akses yang mudah, kedekatan dengan keluarga, dekat dengan fasilitas pendukung, menjadikan kawasan rawan banjir tetap menjadi primadona. Selain itu, aktor demand yang terus tinggi dengan pasokan terbatas membuat kawasan itu tetap menjadi pilihan,” katanya. Ia mencontohkan ada kawasankawasan elit yang berdekatan dengan Sunter justru masuk dalam wilayah rawan banjir, namun kenaikan harga tanah dan rumah di sana tetap tumbuh pesat. Bahkan ada suatu wilayah elit lainnya ang berdekatan dengan kawasan Cengkareng dan Grogol tetap menjadi pilihan dan masih mengalami kenaikan harga rumah.
“Saya rasa Jakarta tak terlepas dari masalah banjir dan macet, tapi untuk harga kenaikan harga properti Jakarta tetap terbaik, tetap akan terjadi kenaikan,” katanya. Meski demikian, Hendra mengakui ada kawasan-kawasan di Jakarta yang memang sangat tidak prospek untuk properti karena terkena imbas pasang air laut (banjir rob), antara lain wilayah pesisir utara Jakarta. “Memang kecuali untuk yang ekstrim pasti akan kena imbas, kenaikan harganya tak sebesar wilayah lainnya. Termasuk kawasankawasan di Jakarta yang sering terjadi rob,” katanya.
Ciptakan RTH
Sebagai Ibu kota negara Indonesia yang memiliki hampir 10 juta jiwa penduduk, tak heran jika Jakarta memiliki berbagai permasalahan kompleks. Salah satu permasalahan yang menghantui adalah banjir tahunan. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, harus ada penyelesaian yang konkrit. Baik itu dalam jangka panjang maupun jangka pendek. “Dalam jangka pendek terdapat tiga masalah yang harus diselesaikan. Yang pertama adalah permasalah gorong-gorong. Gorong-gorong yang ada sekarang hanya dirancang untuk hujan normal, ketinggian dari gorong-gorong yang ada sekarang hanya 50 milimeter, sehingga jika lebih dari itu akan menyebabkan banjir,” jelas Arsitek Nirwono Yoga.
Permasalahan selanjutnya adalah saluran air yang ada di Jakarta saat ini tidak terhubung dengan baik. sehingga seringkali menyebabkan air meluber pada jalan. Kemudian, lanjut dia, adapun penyelesaian permasalahan jangka pendek adalah saluran drainase saat ini masih sering dijadikan tempat buang sampah bagi masyarakat sekitar, sehingga fungsi dari drainase tersebut tidak bisa berfungsi maksimal dalam penyerapan air. Nirwono mengimbau setelah menyelesaikan permasalahan jangka pendek diharapkan dibarengi dengan menyelesaikan masalah jangka panjang seperti revitalisasigorong-gorong. Selain itu, memaksa setiap pengembang untuk menciptakan ruang terbuka hijau (RTH) bagi bangunan yang akan atau telah dibangun, dan revitalisasi bandaran kali.”Dengan adanya revitalisasi bantaran kali, ini berarti merelokasi warga. Maka dari itu dapat terciptanya rekayasa sosial yang baik,” pungkas dia.