Obuda-Kota Tertua Peninggalan Romawi di Hungaria
- Kategori Induk: LIFESTYLE & LEISURE
- Diperbarui: Senin, 26 Oktober 2015 08:53
- Ditayangkan: Rabu, 08 April 2009 20:00
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 3212
- 08 Apr
Aquincum dulunya adalah ibukota dari Pannonia, salah satu propinsi termakmur dan termoderen dari kekaisaran Romawi di masa lampau yang sekaligus merupakan batas paling timur wilayah kekaisaran Romawi di Eropa.
Memiliki hampir 100.000 penduduk, 2 amphitheater raksasa (teater terbuka berbentuk lingkaran layaknya Colloseum di Roma - Italia) dan berbagai Roman bath (pemandian umum khas Romawi yang sampai saat ini masih banyak dipergunakan oleh masyarakat setempat maupun para turis yang berkunjung ke Budapest) yang tersebar di penjuru kota. Selain itu terdapat juga kompleks perumahan dengan pemanas ruangan yang centralized, sekaligus beberapa komplek istana dan kastil yang indah. Óbuda adalah daerah yang memiliki prestise tersendiri pada masa itu. Beberapa pejabat tinggi kekaisaran memilih untuk tinggal di tempat itu dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya.
Aquincum sebenarnya adalah dua buah kota kembar. Salah satu diantaranya dahulu pernah difungsikan sebagai kota militer, tempat di mana markas besar The Second Legio (atau disebut juga Legio Addiutrix), salah satu divisi terpopuler dan yang paling ditakuti dari balatentara Romawi berada. Kota militer Aquincum ini dahulunya juga merupakan sebuah benteng pertahanan dari ancaman musuh yang datang dari arah Timur dan Utara.
Didukung oleh kekuatan militer yang disegani sekaligus angka kriminalitas yang relatif rendah dan daya beli masyarakat yang tinggi, maka denyut perekonomian dan perdagangan terasa kencang. Untuk itulah, dibangun kota kedua beberapa kilometer di sebelah utara sebagai kembaran dari Aquincum versi militer yang lebih banyak difungsikan bagi masyarakat sipil dan juga bagi dunia perdagangan sekitarnya pada permulaan abad Masehi. Sejak itulah, Aquincum adalah kota kembar ‘metropolis’ dengan perbedaan yang mencolok, kota militer di satu bagian dan kota perdagangan di bagian lainnya.
Sayangnya, seiring dengan berakhirnya kejayaan kekaisaran Romawi, kondisi Aquincum berubah drastis. Kota yang pernah mengalami masa keemasan itu secara perlahan kehilangan popularitasnya…
Pada saat berkunjung ke Aquincum akhir Juni lalu, saat sedang berjalan diantara sisa-sisa peninggalan sejarah yang sedang dievakuasi oleh para arkheolog setempat, maupun saat berkunjung ke museum setempat yang menyimpan beberapa benda bukti kejayaan Aquincum di masa lalu, saya hampir tak percaya bahwa setelah berakhirnya kekuasaan kekaisaran Romawi di Eropa, kota ini sepertinya musnah begitu saja ditelan bumi.
Perkataan ‘ditelan bumi’ yang tertulis di atas, bisa jadi adalah ungkapan yang sebenarnya karena pada tahun 1879, seorang arkheolog berkebangsaan Hungaria, Károly Torma bersama dengan timnya memulai penggalian di daerah perbukitan yang dikenal dengan the Hill of Snails (karena dihuni oleh ratusan ribu ekor bekicot). Di daerah yang diyakini pernah menjadi pusat kota Aquincum di masa lalu – mereka berhasil menemukan sebuah sisa situs amphitheater ala Romawi berada di bawah The Hill of Snails tersebut ! Dan di sekitar daerah tersebut, ditemukan pula reruntuhan kuil Nemesis, tempat di mana para gladiator melakukan prosesi pengorbanan diri kepada dewi lambang kesetiaan bagi bangsa Romawi tersebut sebelum mereka memasuki arena pertandingan.
Di bagian yang lainnya, ditemukan juga sebuah spoliarium, sebuah ruangan yang dipergunakan di masa lalu sebagai tempat untuk meletakkan mayat para gladiator yang mati saat bertanding. Di tempat itu juga ditemukan tulang belulang harimau, singa, gajah dan beberapa jenis hewan buas lainnya yang terbunuh sebagai bagian dari acara ‘hiburan’ tersebut.
Penggalian situs bersejarah di Aquincum dilanjutkan oleh generasi-generasi berikutnya. Satu persatu ditemukan bekas reruntuhan kota Aquincum lainnya. Pada tahun-tahun berikutnya, kota kembaran Aquincum versi sipil berhasil dievakuasi sepenuhnya. Kemudian, dibangunlah sebuah museum tepat di tengah bekas pusat kota Aquincum yang secara berkala mengadakan berbagai pameran mengenang kejayaan masa lalu kota tersebut.
Salah satu pameran yang diselengggarakan di museum tersebut baru-baru ini, bertajuk ‘Gods, Soldiers and Citizens of Aquincum’ yang mempertontonkan hasil kerja tim arkheolog setempat dan mempertunjukkan kehidupan sehari-hari masyarakat Aquincum. Pameran ini memang bertujuan untuk mendapatkan sumber dana alternatif yang dipergunakan untuk melanjutkan eksplorasi penggalian sisa-sisa situs bersejarah di Aquincum yang masih banyak tersembunyi nun jauh di bawah tanah sehubungan dengan terbatasnya aliran dana yang dikeluarkan oleh pemerintah Hungaria.
Pada salah satu bagiannya, saya tertarik melihat sisa-sisa bangunan yang mirip sekali dengan ‘Panthéon’ seperti yang ditemukan di Roma – Italia. Melihat detil ornamen dan reliefnya, tampak sekali betapa besar pengaruh budaya Romawi kuno pada bangunan tersebut.
Dr. Annamaria Facsády, seorang arkheolog dan juga Deputi Direktur dari museum tersebut mengatakan bahwa saat ini, ia bersama timnya sedang melakukan evakuasi terhadap sebuah kompleks pemakaman kuno yang ditemukan di bekas Aquincum versi kota militer. Menurut Dr. Facsády, peninggalan Romawi kuno lainnya yang pantas untuk dikunjungi, sebenarnya tersebar di berbagai areal di sekitar Old Buda. Salah satunya terletak di daerah Árpád Bridge yang dapat ditempuh dengan menumpang bus no. 6.
Bus no. 6 tersebut berhenti di dekat Árpád Bridge tersebut, di mana terdapat sebuah terowongan batu menuju sebuah situs peninggalan sebuah pemandian umum bawah tanah khas Romawi yang dinamakan Thermae Mairotes.
Sebuah amphiteater lainnya yang terletak tepat di jantung kota Old Buda, di Nagyszombat utca, dapat dicapai dengan menumpang tram no. 17 yang berangkat dari Margit Bridge - Budapest. Sama seperti amphitheater sebelumnya yang ditemukan ‘bersembunyi’ di bawah The Snail Hill, amphitheater inipun saat dievakuasi juga berada di bawah sebuah bukit kecil yang disebut Király-domb (The King’s Hill). Peninggalan bersejarah ini ditemukan oleh sebuah tim arkheolog yang dipimpin oleh Bálint Kuzsinszky pada tahun 1925. Tim Bálint Kuzsinszky menjadi terkenal karena ternyata, apa yang berhasil mereka temukan adalah sebuah amphitheater terbesar di seluruh Eropa Tengah dan Timur. Bagian tembok paling luar dari amphitheater tersebut setinggi 13 meter, sementara area tempat bertanding para gladiator berdimensi 90 x 66 meter persegi dan sanggup menampung lebih dari 18 ribu penonton! Setelah kehancuran kekaisaran Romawi, amphitheater tersebut lebih banyak difungsikan sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh oleh pemerintah setempat sampai kemudian keberadaannya seperti ‘menghilang’ begitu saja selama berabad-abad lamanya.
Pemerintah setempat telah berancang-ancang untuk mempromosikan daerah Óbuda ini sebagai tempat yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan mancanegara selain kota Budapest dan Szentendre yang sudah lebih dahulu popular. Seperti saat saya mengunjungi daerah Óbuda baru-baru ini, tampak sekali bahwa daerah tersebut sedang dalam proses pembangunan kembali. Dalam benak saya sudah tergambar bayangan seperti apakah nantinya hasil akhir dari proses pembangunan ini. Bisa jadi, kelak para wisatawan akan terkejut melihat keberadaan kota Roma - ibukota Italia dalam skala kecil berikut aneka ornamen khas Romawinya, dapat ditemukan nun jauh di daerah perbukitan luar kota Budapest di Hungaria. Sebaiknya, Anda buktikan sendiri. Berkunjunglah ke Óbudá 2 atau 3 tahun lagi. Siapa tahu Anda setuju dengan pendapat saya?